Saat Idul Adha, Perlengkapan Sate Laris





















Tiga hari menjelang Hari Raya Idhul Adha 1431 hijriah, pedagang perlengkapan sate banyak didatangi pembeli. Perlengkapan yang dibeli berupa panggangan sate, tusuk sate bambu, arang, dan kipas bambu.

Pantauan Tempo, Minggu (14/11) di Pasar Jambu Dua, Kota Bogor, Hasan, 50 tahun, penjual alat rumah tangga di lantai dasar blok A, mengaku setiap hari banyak yang membeli peralatan sate. Dia mengatakan menaikan sedikit harga perlengkapan itu dari hari biasa, seperti harga panggangan sate bahan seng ukuran 30 x 15 sentimeter yang biasa dijual Rp. 15 ribu kini dijual Rp. 20 ribu. Ukuran besar 60 x 15 sentimeter dijual Rp. 100 ribu. 

Tusuk sate ada dua macam, ukuran standar lurus dan bagian belakang lebih besar, dijual sekitar Rp. 5 sampai 7 ribu perikatnya, isi 100 batang. Kipas ukuran kecil Rp. 6.500, sedang Rp. 8.500, ukuran besar Rp. 10 ribu. Sedangkan arang batok kelapa paling mahal Rp. 15 ribu, arang kayu biasa, satu plastik (isi sekitar 200 gram) djual Rp. 3.500, “Sebenarnya itu harga yang masih bisa ditawar,” ujarnya sambil melayani pembeli.

Menurut Hasan, setiap tahun biasanya peralatan sate laris manis, mungkin karena Idhul Adha banyak orang yang akan membakar daging kambing. Selain peralatan sate yang dijual murah, Hasan juga menyediakan panggangan sate ukuran besar lengkap dengan kaki besinya yang dijual Rp. 200 ribu. “Tetapi kurang laku, yang laris yang murah meriah, sebab biasanya panggangan sate dibuang setelah dipakai,” ujarnya.

Hal yang sama dialami oleh Jumariah yang berjualan alat kelontong di blok B, Pasar Bogor, dia mengatakan setiap hari ada sekitar 50 orang yang membeli peralatan sate, ada yang hanya beli tusukan sate dan arang ada juga yang beli satu set lengkap, “Alhamdulillah kalau Idhul Adha ada saja yang beli, tapi kalau Idhul Fitri justru jarang,” kata Jumariah. 

Selain Hasan dan Jumariah, ada beberapa pedagang lain yang mendadak jual peralatan sate, seperti yang terlihat di pinggir jalan menuju pasar Bogor, terutama menjual arang kayu.

0 komentar: